Jumat, 24 Juni 2011

menjadi remaja yang kamil (memiliki nilai plus)


 
Menjadi Remaja Kamil by: Uje – Ust. Jefri Al-Bukhori

Suatu saat kita akan dihadapkan pada sebuah situasi yang sangat memaksa. Di situ kita tidak bisa menghindar; maju belum punya keberanian dan mundur memalukan, kalau menyerah ”malu-maluin”. Kita harus punya taktik yang menunjukkan seakan kita adalah orang yang tidak boleh diremehkan. Di situ kita harus punya kecerdasan, hitung-hitung sebagai eksperimen. Karena itu kita harus mengasah ”Empat Olah”, supaya menjadi remaja yang kamil, yang mempunyai nilai plus.






Jadilah remaja yang beriman dan berakhlak dengan ”Olah Hati”.



Tiap manusia memang mempunyai hati, namun tidak semua hati manusia itu bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Banyak manusia yang tertutup dan buta mata hatinya, bahkan ada pula yang hatinya telah mati, sehingga kita sering mendengar orang berujar, ”Sungguh dia benar-benar sudah tidak mempunyai hati”.

Hati adalah tempat mengendapnya berbagai benih hasrat kehidupan. Ada benih kebajikan dan ada benih keburukan. Mulanya hati adalah bening & jernih, tapi karena manusia menurutkan hawa nafsu, maka lambat laun hati mulai berubah warna. Hawa nafsu adalah kotoran yang membuat hitam dan pekat hati, dan lama-lama akan mengendap di sana, maka jadilah hati itu tertutup. Tidak ada lagi gerakan tubuh kecuali keburukan. Hati yang tertutup tidak mau menerima kebenaran. Hati yang tertutup tidak mau diingatkan dan dinasehati, sekalipun dari orang yang paling dekat.

Olah hati – Hati harus senantiasa kita jaga. Kembalikan hati menjadi bening dan bersih seperti sedia kala. Isilah hati dengan agama. Penuhilah hati dengan keimanan. Peliharalah hati dengan ketaqwaan. Jangan beri ruang kosong untuk hawa nafsu. Bersihkan hati dari penyakit AIDS (angkuh, iri, dendam, serakah). Hati yang bersih menjadi ”Rumah Allah”, hati yang kotor menjadi Rumah Setan. Dari hati yang bersih akan muncul banyak kebajikan, terbuka banyak pintu kebaikan, akan muncul kreatifitas yang tinggi. Langkahnya adalah langkah Allah. Wajahnya adalah wajah yang menyinarkan kesejukan. Ucapannya adalah ucapan yang menyenangkan. Gerak-geriknya adalah gerak-gerik yang mengundang simpati. Jadilah remaja yang berakhlak mulia, disayang semua orang dan dihormati oleh teman-teman. Itu sebabnya Allah tidak menjadikan ketampanan / kecantikan atau ”style” menjadi ukuran, tetapi Allah melihat hati kita. Hatilah yang menempatkan posisi manusia menjadi manusia. Sebab Allah mempunyai pandangan, ada manusia yang tidak pantas disebut manusia, bahkan lebih sesat dari binatang. Maka olahlah hati supaya menjadi penyeimbang, menjadi pengatur langkah dan pengendalian diri.



Jadilah remaja yang cerdas dan berprestasi dengan ”Olah Pikir”.

Dalam sebuah hadist: ”Berfikir sejenak lebih baik daripada ibadah seribu rakaat”. Maksudnya ibadah yang tidak dihayati dan tidak diimplementasikan dalam kehidupan nyata, nilainya tidak seberapa dibandingkan dengan ”berfikir” yang menghasilkan sebuah solusi. Manusia diberi kelebihan dari makhluk yang lain karena mempunyai otak yang berfungsi utuk berfikir. Cara berfikir otak adalah sebagai berikut:

Berfikir Seri – berfikir yang berguna untuk menyelesaikan persoalan rasional atau tugas-tugas yang sudah jelas. Pemikiran ini berorientasi pada tujuan, bersifat how to, untuk apa. ”Kalau saya melakukan ini, nanti akan berakibat begini”. Berfikir seperti ini dikenal sebagai berfikir IQ, bisa dinilai dan dapat diuji dengan tes IQ standar. Yang terpenting bukanlah berapa nilai IQ, tetapi yang terpokok adalah bagaimana seseorang melatih diri dan tekun dalam bidang yang dipilih sambil terus berfikir mencari inovasi dan terobosan.

Berfikir Asosiatif – berfikir yang berguna untuk mengenal lingkungan. Cara berfikir ini menggunakan hati dan tubuh, merupakan jenis kecerdasan yang digunakan untuk mengahsilkan efek-efek luar biasa bagi manusia. Berfikir semacam ini lebih dikenal sebagai Kecerdasan Emosional atau EQ, bisa dilatih dan bisa diarahkan.

Berfikir Unitif – berfikir secara menyeluruh yang berguna uruk mengendalikan dan memberikan makna dalam setiap aktivitas. ”Mengapa saya melakukan ini, apa artinya, apa maknanya, apa hikmahnya”, pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang dijawab oleh pikiran asosiasi atau yang kita kenal Kecerdasan Spiritual atau SQ.



Olah Pikir – Mengolah pikir secara menyeluruh (sekalipu orang bilang kita punya otak jongkok, karena nilainya hanya sekedar memenuhi standar), kita akan menjadi orang yang cerdas. Berfikir cerdas adalah berfikir yang selalu mendatangkan kebaikan atau keuntungan tanpa merugikan orang lain. Dan ketahuilah, ”kita adalah produk dari pikiran-pikiran kita”. Artinya, kita mau menjadi apa tergantung pikiran kita.



Jadilah remaja yang tanggap dan peduli dengan ”Olah Rasa”.

Para leluhur bangsa kita tempo dulu berpesan pada generasi muda, agar setiap diri mempunyai ”rasa” yang tinggi, yang tertuang dalam ”Tribata”, yakni

Handarbeni (ikut merasa memiliki)

Hangrungkebi (membela & mempertahankan)

Mulaat Sariro Angsoro Wani (mau instropeksi diri, tahu diri & tidak takut dikritik)



Jadi kepekaan sangat diperlukan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa & bernegara. Peka terhadap lingkungan, tanggap situasi, dan memiliki kepedulian. Orang yang punya kepekaan dan pandai mengolah rasa akan mudah bergaul dan diterima oleh masyarakat.



Jadilah remaja yang sehat dan kuat dengan ”Olah Raga”.

Sehat adalah nikmat yang terlalu mahal harganya. Tetapi tidak semua orang tau nilainya, sebelum dia jatuh sakit. Sehat adalah modal utama dalam hidup. Karena kesehatn akan sangat menentukan perjalanan ke depan. Pepatah Arab mengatakan ”Al-aqlus salim fi al-jismis salim” (Akal yang sehat terdapat pada bedan yang sehat)



Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan:

-Faktor makanan (pola makan teratur dan seimbang)

-Faktor lingkungan (lebih banyak mengundang masuknya bibit penyakit dari luar)

-Faktor psikis (ditentukan oleh mental kita dalam menghadapi persoalan hidup)


Selain dari itu terdapat satu yang juga mempengaruhi kesehatan yakni berolahraga. Olahraga penting untuk menjaga kesehatan, selain itu olahraga yang ditekuni dan dilakukan secara teratur bisa menjadi profesi dan mendatangkan penghasilan.



Ketahuilah bahwa keempat ”olah” tersebut merupakan kecerdasan yang harus dikembangkan secara bersama-sama, tidak boleh dijalankan berpisah-pisah karena satu dengan lainnya saling terkait. Olah hati akan menimbulkan kecerdasan spiritual. Aktualisasi olah hati melalui perbuatan, perwujudannya dalam bentuk pikir, rasa dan raga. Maka selain pendidikan hati, juga perlu pendidikan pikir, pendidikan rasa, dan pendidikan raga. Olah pikir menimbulkan kecerdasan intelektual. Olah rasa menimbulkan kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial. Sedangkan olah raga selain menciptakan kecerdasan sosial, juga kecerdasan emosional.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Nina Experiment. Design By: SkinCorner